
Tidak syak lagi, meneladani seluruh segi dan aspek kehidupan Rasulullah Saw merupakan kewajiban setiap Muslim, karena tanpa meneladani prilaku dan ahlak beliau seseorang tidak akan mampu mencapai kesempurnaan yang menjadi tujuan penciptaannya. Tentu saja, setiap pribadi memiliki derajat kesempurnaan dan kapasitas yang berbeda, oleh karenanya, yang dituntut dari seorang Muslim ialah mengikuti sirah Nabinya Saw sesuai kemampuan dan kapasitas dirinya.
Untuk meneladani manusia termulia kecintaan ilahi ini, haruslah diawali dengan makrifat atas kehidupan dan pribadi sucinya, semangkin besar makrifat seseorang terhadapnya, maka semangkin besar pula potensi jiwanya untuk menyerap sifat-sifat mulia yang dimilikinya. Atas dasar ini, dalam tulisan ini kita akan menyimak sifat-sifat agung Nabi besar kita dari lisan Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei (Semoga Allah Swt menjaganya).
Dalam beberapa ceramah dan nasihat beliau, terdapat beberapa poin sekaitan dengan kriteria dan akhlak Rasulullah Saw yang di antaranya ialah sebagai berikut:
1. Kewajiban setiap Muslim dalam meneladani perilaku Rasulullah Saw
Sekaitan dengan pribadi agung Rasulullah Saw dan kewajiban kaum Muslimmin untuk mengikuti prilaku beliau, Ayatullah Khamenei mengatakan: “Rasulullah Saw selain memiliki keistimewaan maknawi, hubungan dengan alam ghaib dan derajat yang tinggi, dimana orang seperti saya tidak akan mampu memahaminya, beliau pun –dari sisi insaniah- merupakan manusia yang luar biasa dan tidak ada bandingannya. Beliau Saw adalah pribadi yang sangat agung dengan kapasitas [maknawi] yang tidak terbatas yang memiliki akhlak dan prilaku yang sangat istimewa. Beliau adalah penghulu para wali dan nabi Allah Swt. Kita sebagai kaum Muslimin berkewajiban untuk meneladani pribadi agung beliau, dalam hal ini Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu[1]”. Kita memiliki kewajiban untuk mengikuti Rasullullah Saw tidak hanya dalam melaksanakan –beberapa rakaat- shalat, akan tetapi, dalam ucapan, tindakan, berinteraksi dan prilaku keseharian kita pun harus mengikuti beliau. Oleh karena itu, kita harus mengenal kepribadian beliau.
Dengan mempelajari ucapan-ucapan Ayatullah Khamenei, kita dapat mengetahai bahwa beliau merasa prihatin akan kondisi kaum Muslimin yang tidak lagi mentaati Rasul Saw secara mutlak. Oleh karenanya, dimata beliau, meneladani Rasulullah Saw di seluruh dimensi kehidupan kita adalah sebuah kewajiban.
2. Kewajiban para penulis dan dai untuk menjelaskan kepribadian agung Rasulullah Saw
Ayatullah Khamenei mewaisatkan kepada para penulis dan penceramah untuk meneliti lebih dalam kehidupan Rasulullah Saw, menurut penilaian beliau upaya yang saat ini telah dilakukan belumlah mencukupi. Dalam hal ini belia mengatakan: “Pembahasan akan pribadi Rasulullah Saw dan penjelasan mengenai sisi-sisi kehidupan beliau masih relatif sedikit. Masih banyak orang yang tidak mengenal sebagaimana mestinya kehidupan manusia termulia di alam semesti ini. Tidak dalam akhlak, juga tidak dalam prilaku individu dan sosial beliau. Sesungguhnya seluruh kriteria baik pribadi seorang yang agung, ada pada diri beliau. Sungguh, seorang akan membutuhkan waktu berjam-jam untuk membicarakan keutamaan akhlak beliau.
3. Kewajiban para ilmuan dalam memperkenalkan kehidupan Rasulullah Saw kepada maysarakat.
Dalam banyak kesempatan, Ayatullah Khamenei acap kali menuturkan berbagai sisi akhlak Rasulullah Saw, beliau mengajak seluruh umat Islam untuk mengikuti dan meneladani akhlak Rasul terakhir ini. Di antara beberapa sifat mulia Rasul yang beliau sebutkan ialah sebagai berikut:
A. Jujur
Sekaitan dengan hal ini Ayatullah Khamenei mengatakan: “Kejujuran dan sifat menjaga amanat beliau (Rasulullah Saw) betapa besarnya sehingga pada masa Jahiliyah beliau dijuluki al-Amin (orang yang sangat dipercaya). Masyarakat Arab biasa menitipkan barang berharga yang mereka miliki kepada beliau dan mereka yakin bahwa barang yang mereka titipkan itu akan kembali ke tangan mereka sebagaimana semula. Bahkan setelah beliau memulai dakwah Islam sekalipun, dan mayoritas masyarakat Quraisy memusuhinya, mereka –termaksud orang-orang yang memusuhinya- masih mempercayainya dan tetap menitipkan barang berharga mereka kepada beliau.”
B. Sabar dan toleran
Dalam pandangan Ayatullah Khamenei, kesabaran Rasulullah Saw sangat luar biasa. Menurut beliau, jika kaum Muslimin meneladani sifat Rasul Saw yang mulia ini, maka akan banyak problematika yang dapat diselesaikan. Beliau mengatakan: “Kesabaran beliau (Rasulullah Saw) sampai pada taraf dimana beliau mampu menahan diri dalam menghadapi perkara tertentu dimana orang lain tidak akan mampu melakukannya jika perkara tersebut menimpanya. Terkadang musuh-musuh beliau –di kota Makkah- melakukan tindakan-tindakan buruk terhadap beliau, dimana saat paman beliau Abu Thalib dan Hamzah ra mendengarnya, maka mereka akan mereaksi keras perlakuan mereka itu, namun Rasulallah Saw dengan penuh kesabaran mampu menghadapi berbagai tidakan buruk tersebut.”
C. Pemaaf
Ayatullah Khamenei memandang bahwa sifat pemaaf Rasulullah Saw adalah sifat yang paling menonjol dari pribadi beliau. Saat menjelaskan mengenai sifat ini, beliau mengatakan: “Rasulullah Saw adalah seorang yang sangat pemaaf, sifat ini sedemikian agung sehingga beliau sering kali memaafkan musuh-musuh pribadinya. Setiap beliau menyaksikan seorang yang terzlimi, beliau tidak akan meninggalkannya sebelum beliau menolongnya. Seringkali beliau memperlakukan musuh-musuh yang telah beliau tundukkan dengan perlakuan [baik] yang mereka (para musuh) sama sekali tidak dapat memahaminya, contohnya adalah apa yang beliau lakukan setelah fathu Makkah dimana beliau bersabda: “Hari ini adalah hari pemberian maaf dan pengampunan[2].” Oleh karena itu, beliau tidak melakukan balas dendam terhadap musuh-musuh beliau. Beginilah sifat pemaaf manusia agung ini.”
D. Ketulusan Hati
Saat menuturkan sifat ini, Ayatullah Khamenei membawakan kisah perdagangan Rasulullah Saw yang beliau lakukan sebelum beliau diutus menjadi seorang nabi. Seraya mengatakan: “Pada masa Jahiliyah, beliau Saw melakukan perdagangan dan memiliki beberapa teman (patner) dalam perdagangan. Setelah beberapa tahun, salah satu dari teman beliau tersebut menceritakan pengalamannya [bersama beliau] dan mengatakan bahwa beliau adalah teman [berdagang] yang paling baik, beliau tidak keras kepala dan juga tidak suka berdebat (saat transaksi), beliau pun tidak pernah merugikan patner dagangnya dan tidak berbohong kepada pelanggannya. Beliau benar-benar seorang yang tulus.
E. Menjaga kerapihan dan kebersihan
Kriteria Rasulullah Saw ini memiliki efek dan pengaruh yang luar biasa, dalam menjelaskan sisi ini Ayatullah Khamenei mengucapkan: “Sejak kecil beliau sangat bersih. Di masa remaja, beliau selalu merapihkan rambut beliau. Kemudian di masa muda, selain merapihkan rambut, beliau pun selalu merapihkan janggutnya. Setelah Islam [tersebar] dan beliau telah menginjak usia lanjut, beliau tetap sangat memperhatikan masalah kebersihan. Betul, baju beliau adalah baju lama dan [terkadang] terdapat jahitan di dalamnya, namun baju beliau sangatlah bersih.” Ayatullah Khamenei melanjutkan: “Semua ini sangat berpengaruh dalam aktifitas, pergaulan dan kesehatan seseorang. Perkara-perkara yang tampak remeh ini memiliki pengaruh besar dalam jiwa seseorang.”
F. Ramah
Ungkapan Ayatullah Khamenei mengenai sifat ramah Rasulullah Saw terhadap masyarakat di sekitarnya sangatlah menarik, beliau mengatakan: “Prilaku Rasulullah Saw terhadap masyarakat sangatlah baik, beliau selalu tersenyum di depan mereka. Kesedihan beliau hanya akan tampak saat beliau sedang sendiri. Beliau selalu memberikan salam kepada setiap orang yang beliau temui dan akan melarang siapa saja yang mencela atau berkata buruk kepada selainnya. Beliau sendiri pun tidak pernah menghina atau berkata buruk kepada orang lain, wajah beliau selalu ceria di hadapan orang-orang miskin dan kaum papa, tidak jarang beliau bergurau dengan para sahabatnya.”
G. Senantiasa beribadah
Meskipun tidak akan ada seseorang yang akan menyamai Rasulullah Saw dalan beribadah –baik dari kualitas ataupun kuantitasnya-, akan tetapi, menurut Ayatullah Khamenei umat Islam pun harus mengikuti sisi maknawi Nabi Saw ini. Beliau mengatakan: “Rasulullah Saw sangat menyukai ibadah sampai-sampai kedua kaki beliau tampak membengkak karena sering berdiri di mihram untuk beribadah. Waktu malamnya, banyak beliau habiskan untuk shalat, munajat, menangis, beristighfar dan berdoa. Saat menjawab para sahabat yang bertanya kepada beliau: Wahai Rasulullah, bukankah anda tidak memiliki dosa, lantas untuk apa anda melakukan ibadah, doa dan istghfar semua ini? Rasul Saw menjawab: Apakah aku tidak harus berterimakasih kepada Allah Swt atas segala nikmat yang telah Dia berikan kepadaku ini?[3].”
H. Keteguhan hati (istiqamah)
Menurut pandangan Ayatullah Khamenei rahasia keberhasilah Rasulullah Saw dalam dakwah beliau di tanah Hijaz ialah keteguhan hati beliau. Mengenai hal ini beliau mengatakan: “Keteguhan hati Rasulullah Saw sedemikian tinggi sehingga di sepanjang sejarah tidak ada seorang pun yang mampu menyaingi beliau. Sifat tersebut sedemikian agung sehingga beliau mampu membangun pondasi yang kokoh bagi agama Ilahi ini. Dengan keteguhan hati ini, di kawasan yang sama sekali orang tidak pernah membayangkannya, di tengah-tengah sahara yang tandus Hijaz, beliau mampu membangun peradaban yang abadi.”
Beberapa kepribadian dan akhlak Rasulullah Saw yang sangat mulia ini merupakan pelajaran yang sangat berharga untuk seluruh kaum Muslimin. Manusia yang mencari kebenaran dan keadilan akan berupaya untuk meneladani sifat-sifat ini. Umat Islam yang pada masa ini lebih membutuhkan keadilan, peraihan hakikat dan persatuan di antara mereka dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, dengan meneladani norma dan akhlak mulia nabi mereka Saw, maka akan banyak permasalahan individul dan sosial yang dapat mereka selesaikan.
Selain sisi pribadi kehidupan Rasullullah Saw, dalam berbagai kesempatan lainnya tidak jarang Ayatullah Khamenei menyoroti kebijakan-kebijakan Rasulullah Saw dalam permasalahan sosial dan politik. Selama berkuasa dan memimpin pemerintahan Islam pertama di kota Madinah banyak sekali kebijakan-kebijakan politik Rasulullah Saw yang dapat dijadikan sebagai teladan dan pedoman oleh kaum Muslimin khususnya para penguasa dan pemimpn dari mereka. Oleh sebab ini, menurut Ayatullah Khamenei sebagaimana aspek individu Rasulullah Saw, aspek sosial dan politik beliau pun harus selalu dipelajari dan disebarluaskan kepada umat Islam, agar mereka dapat meneladaninya.
Secara ringkas, terdapat beberapa aspek sosial-politik kehidupan Rasulullah Saw yang terpenting yang dapat kita tarik dari ucapan-ucapan berharga Pemimpin Besar Revolusi Islam ini, yang diantaranya ialah:
1. Ahli dan bijaksana
Rasulullah Saw memiliki Kebijakan-kebijakan politik yang sangat mengagumkan sepanjang sejarah. Sekaitan dengan ini Ayatullah Khamenei mengatakan: “Barang siapa yang mempelajari sejarah hijrah dan masuknya Rasulullah Saw ke kota Madinah, setiap peperangan yang beliau pimpin, strategi beliau dalam memancing musuh (kafir Qurays) dari kota Makkah ke kawasan sahara (saat berperang), pelbagai serangan dan propaganda yang musuh lakukan dan sikap beliau saat menghadapi lawan-lawannya, maka ia akan menyaksikan kebijakan dan keahlian beliau yang mengagumkan dalam mengatur segala urusan pemerintahan.”
2. Konsinten dan patuh di hadapan undang-undang
Seorang yang mempelajari sirah Rasulullah Saw akan merasa takjub saat menyaksikan sikap patuh beliau di hadapan undang-undang di saat beliau kuasa untuk tidak mematuhinya. Dalam menjelaskan aspek ini, Ayatullah Khamenei menuturkan: “Beliau senantiasa menjaga dan patuh terhadap undang-undang, beliau tidak akan membiarkan seorang pun melanggarnya, baik bagi dirinya maupun orang lain. Beliau memandang dirinya pun wajib mentaati segala aturan yang berlaku. Hal ini juga dikuatkan dengan ayat al-Quran, setiap hukum dan undang-undang yang wajib dijalankan oleh umat Islam, beliau pun harus menjalankannya dan tidak boleh melanggarnya.”
3. Menepati perjanjian dan menjaga Rahasia
Kebijakan ini bisa jadi secara politis dipandang tidak menguntunkan, akan tetapi, Nabi Muhammad Saw dengan segala kesibukannya dalam mengatur pemerintahan, beliau tetap memperhatikan dan menjaga perkara ini. Ayatullah Khamenei dalam menjelaskan prilaku yang agung ini mengatakan: “Salah satu kebijakan beliau dalam aspek politik, beliau senantiasa menepati perjanjian yang telah disepakati, satu kali pun beliau tidak pernah melanggar penjanjian yang telah beliau tandatangani. Meskipun beberapa kali orang-orang kafir Quraisy telah melanggar perjanjian, namun beliau tetap menjaganya. Selain itu, beliau pun (dalam strategi berperang) seorang yang pintar menjaga rahasia. Saat beliau bersama pasukannnya bergerak untuk menaklukkan kota Makkah, tidak ada seorang pun yang mengetahui apa tujuan beliau mengerahkan pasukannya dan tempat manakan yang beliau tuju. Dengan strategi tersebut, beliau berhasil memperdaya kelommpok kafir Quraisy sehingga mereka tidak mengetahui bahwa beliau beserta pasukannya sedang menuju kota Makkah.
4. Memperlakukan musuh dengan perlakuan yang berbeda
Sangat sulit bagi seseorang untuk memperlakukan musuh-musuhnya dengan perlakuan yang berbeda-beda. Umumnya seseorang akan memukul rata dan bersikap sama terhadap semua orang yang memusuhinya, namun tidak demikian dengan Nabi mulia kita Saw. Saat menjelaskan perkara ini Ayatullah Khamenei mengungkapkan dengan sangat menarik, “Rasululullah Saw tidak memandang musuh-musuh beliau dengan pandangan yang sama, hal ini merupakan pelajaran penting dari kehidupan beliau. Sebagian musuh beliau memiliki permusuhan yang dalam terhadap beliau, namun beliau mengetahui bahwa permusuhan mereka tidak memiliki dampak negatif yang berarti, dalam hal ini beliau pun akan memberi keringanan kepada mereka. Sebagian lain dari musuh beliau senantiasa hendak melakukan propaganda terhadap Islam, dalam menghadapi kelompok ini, beliau memerintahkan sebagian sahabatnya untuk mengawasi gerak-gerik mereka. Sebagian lagi dari musuh beliau sangat berbahaya bagi Islam dan kaum Muslimin, dalam menghadapi mereka, beliau akan bersikap tegas dan keras. Hal ini sebagaimana yang beliau lakukan terhadap [kaum Yahudi] Bani Quraidhah, dimana beliau memerintahkan untuk menghukum mati mereka dalam waktu satu hari, demikian pula Bani Qunaiqa yang beliau perintahkan agar mereka diusir dari tempat tinggal mereka, demikan halnya dengan Yahudi Khaibar yang beliau perintahkan untuk diperangi dan dikuasai. Kebijakan tegas ini beliau lakukan karena keberadaan mereka (tiga suku Yahudi ini) benar-benar membahayakan Islam dan kaum Muslimin.” (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)
Catatan:
[1] QS. Al-Ahzab: 21.
[2] Allamah Majlisi: Bihâr al-Anwâr, jld. 12 hlm. 902, bab. 62.
[3] Kulaini: Ushûl al-Kâfî, jld. 2, hlm. 59, Hadis No” 6, bab. As-Syukr.